BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem koloid
sehingga sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan
mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan
lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi,
kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim, dan salep yang termasuk
emulsi. Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban
semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga,
cat, hair spray, dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian,
tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid. Jadi sistem koloid sangat berguna
bagi kehidupan manusia.
Sistem koloid berhubungan dengan proses-proses dialam yang mencakup
berbagai bidang. Hal itu dapat kita perhatikan didalam tubuh makhluk hidup,
yaitu makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh
terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam
makhluk hidup merupakan suatu koloid sehingga proses-proses dalam sel
melibatkan sistem koloid.
Dalam udara juga terdapat sistem koloid, misalnya
polutan padat yang terdispersi dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang
terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid.
Mineral-mineral yang terdispersi dalam tanah yang dibutuhkan oleh
tumbuh-tumbuhan juga merupakan sistem koloid. Proses majunya garis diakibatkan
pembentukan sistem koloid yang disebut proses pengendapan koloid dan
terbentuknya delta pada muara sungai juga proses pembentukan koloid. Penggunaan
sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dan
kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang
mobil yang menghasilkan cahaya warna merah merupakan sistem koloid. Banyak
sekali campuran dialam ini yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari yang
merupakan system koloid.
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan kami kemukakan dalam makalah ini adalah:
1) Apa Pengertian Sistem Koloid ?
2) Bagaimana Sifat-Sifat Koloid ?
3) Apa Jenis-Jenis Koloid ?
4) Bagaimana Cara Pembuatan Koloid ?
5) Bagaimana Penggunaan Koloid di
Dalam Kehidupan ?
1.3
Tujuan
Masalah
Adapun
tujuan dari makalah ini adalah:
1)
Untuk Mengetahui Pengertian Sistem Koloid
2)
Untuk Mengetahui Sifat-Sifat Koloid
3)
Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Koloid
4)
Untuk Mengetahui Cara Pembuatan Koloid
5)
Untuk Mengetahui Penggunaan Koloid di Dalam Kehidupan
1.4
Batasan
Masalah
Pada makalah ini penulis hanya membahas tentang bagaimana penggunaan
penggunaan Koloid dalam kehidupan sehari-hari.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem
Koloi
Sistem koloid banyak digunakan
pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk
mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan
bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar. Salah satu sistem koloid
adalah emulsi. Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengelmusi (emuglator).
Salah satu contoh aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dari sistem koloid
adalah lulur, berikut penjelasannya
Koloid adalah suatu bentuk campuran
yang keadaannya antara larutan dan suspensi. Larutan memiliki sifat homogen dan
stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen dan labil. Sedangkan koloid memiliki
sifat heterogen dan stabil. Koloid merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat
"didispersikan" ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang
didispersikan berkisar dari satu nanometer (nm) hingga satu mikrometer (µm).
Perhatikan perbedaan tiga contoh
campuran di bawah ini :
1. Campuran antara air dengan
sirup.
2. Campyuran antara air dengan
susu.
3. Campuran antara air dengan
pasir.
Jika kita campurkan air dengan sirup
maka sirup akan terdispersi (bercampur) dengan air secara homogen (bening) Jika
didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan
penyaringan biasa maupun penyaringan yang lembut (penyaringan mikro). Secara
makroskopis maupun mikroskopis campuran ini tampak homogen, tidak dapat
dibedakan mana yang air dan mana yang sirup. Campuran seperti inilah yang
disebut larutan.
Jika kita campurkan susu
(misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu "larut" tetapi
"larutan" itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran
itu tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil
penyaringan tetap keruh). Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan
tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan
partikel-partikel lemak susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti
inilah yang disebut koloid.
Jika kita campurkan air dengan
pasir maka pasir akan terdispersi (bercampur) dengan air secara heterogen dan
langsung memisah antara air dengan pasir, yang keadaannya pasir akan
mengendap di dasar air dan dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa, bahkan
dapat dipisahkan dengan cara dituang perlahan-lahan. Secara makroskopis
campuran ini sudah tampak hetrogen, dapat dibedakan mana yang air dan mana yang
pasir. Campuran seperti inilah yang disebut suspensi.
Jadi, koloid
tergolong campuran heterogen (dua fase) dan stabil. Zat yang didipersikan
disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan zat disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu
(terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu.
2.2 Sifat-Sifat Koloid
a.
Efek Tyndall
Efek
Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa di mana
jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat
menghamburkan sinar ke segala jurusan. Efek Tyndall merupakan satu bentuk sifat
optik yang dimiliki oleh sistem koloid. Pada tahun 1869, Tyndall menemukan
bahwa apabila suatu berkas cahaya dilewatkan pada sistem koloid maka berkas
cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas cahaya yang sama dilewatkan pada
dilewatkan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak akan tampak. Singkat
kata efek Tyndall merupakan efek penghamburan cahaya oleh sistem koloid.
Contoh:
sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa, hingga langit
berwarna biru pada siang hari dan jingga pada sore hari ; debu dalam ruangan
akan terlihat jika ada sinar masuk melalui celah.
b.
Gerak Brown
Gerak
Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus
menerus, karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat
pendispersi. Karena gerak aktif yang terus menerus ini, partikel koloid tidak
memisah jika didiamkan.
Sistem
koloid juga mempunyai sifat kinetik selain sifat optic yang telah dijelaskan
diatas. Sifat kinetik ini dapat terjadi karena disebabkan oleh gerakan termal
dan gravitasi. Dua hal ini menyebabkan sistem koloid dapat bergerak zig-zag.
Gerakan ini pertama ditemukan oleh seorang ahli biologi yang bernama Robert Brown
yang melakukan pengamatan pada serbuk sari dengan menggunakan mikroskop,
sehingga dinamakan gerak Brown.
c.
Adsorbsi Koloid
Adsorbsi
Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Sifat adsorbsi
digunakan dalam proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh:
koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab
diare. Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga
menjadi bermuatan positi (+). Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan
tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.
Koloid
As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan
sehingga akan bermuatan dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3
tidak akan menggerombol.
Beberapa
sistem koloid mempunyai sifat dapat melakukan penyerapan (adsorbsi) terhadap
partikel atau ion atau senyawa lain. Penyerapan pada permukaan disebut
adsorbsi, sedangkan penyerapan sampai pada lapisan dalam disebut absorbsi. Daya
penyerapan ini menyebabkan beberapa sistem koloid mempunyai muatan tertentu sesuai
muatan yang diserap.
d.
Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan
Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid.
Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik.
Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik.
Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju
elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan
muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi). Contoh: cerobong pabrik yang
dipasangi lempeng logam yang bermuatan listrik dengan tujuan untuk
menggumpalkan debunya.
e.
Koagulasi Koloid
Koagulasi
koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya berlawanan.
Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi
jernih.
Faktor-faktor
yang menyebabkan koagulasi:
·
Perubahan suhu.
·
Pengadukan.
·
Penambahan ion dengan muatan besar
(contoh: tawas).
·
Pencampuran koloid positif dan koloid
negatif.
2.3
Jenis - Jenis Koloid
Sistem koloid banyak digunakan
pada kehidupan sehari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang
penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling
melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Ada banyak penggunaan sistem
koloid baik di dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbagai industri
seperti industri kosmetik, makanan, farmasi dan sebagainya. Beberapa macam koloid
tersebut antara lain;
1. Aerosol
1. Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid di
mana partikel padat atau cair terdispersi dalam gas. Aerosol yang dapat kita
saksikan di alam adalah kabut, awan, dan debu di udara. Dalam industri modern,
banyak sediaan insektisida dan kosmetika yang diproduksi dalam bentuk aerosol,
dan sering kita sebut sebagai obat semprot, Contohnya antara lain adalah hair
spray, deodorant dan obat nyamuk.
2. Sol
Sol adalah sistem koloid di mana
partikel padat terdispersi dalam cairan. Berdasarkan sifat adsorpsi dari
partikel padat terhadap cairan pendispersi, kita mengenal dua macam sol yaitu:
a. Sol liofil, dimana
partikel-partikel padat akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga terbentuk
suatu selubung di sekeliling partikel padat itu. Liofil artinya “cinta cairan”
(Bahasa Yunani; lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil yang setengah padat
disebut gel. Contoh gel antara lain selai dan gelatin.
b. Sol liofob, dimana
partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul cairan. Liofib artinya
“takut cairan” (phobia=takut).
Jika medium pendispersinya berupa
air, kedua macam koloid di atas masing-masing disebut koloid hidrofil (cinta
air) dan koloid liofob (takut air). Contoh koloid hidrofil adalah kanji,
protein, lem, sabun, dan gelatin. Adapun contoh koloid hidrofob adalah sol-sol
sulfide dan sol-sol logam.
3. Emulsi
Emulsi adalah suatu system koloid
di mana zat terdispersi dan medium pendispersi sama-sama merupakan cairan. Agar
terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat pengemulsi (emulgator).
Susu merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai emulgatornya.
Obat-obatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan dalam
bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam bentuk semipadat
disebut krim.
a. Emulsi Padat adalah sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat.
Emulsi padat disebut juga Gel. Contoh emulsi padat (gel) : Mentega, Keju,
Jelly, dll.
b. Emulsi
Cair adalah
sistem koloid dimana zat cair terdispersi dalam zat cair juga. Emulsi cair
inilah yang biasa di sebut sebagai emulsi. Berdasarkan pendispersinya, emulsi
digolongkan menjadi 2, yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam
minyak. Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu, lateks. Contoh emulsi
air dalam minyak : mayonnaise, minyak ikan, minyak bumi. Untuk dapat
terjadi emulsi diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulgator. Contoh emulgator adalah
sabun. Air dan minyak tidak bisa bercampur secara baik, tetapi begitu
ditambahkan sabun, maka akan diproleh campuran minyak dan air yang stabil yang
disebut emulsi.
c. Emulsi
gas adalah
sistem koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas. Emulsi gas
disebut juga Aerosol. Contoh emulsi gas : insektisida, kabut, hair spray,
dll.
4. Buih
Koloid buih adalah sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. Koloid buih terdiri dari 2 jenis, yaitu:
Koloid buih adalah sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. Koloid buih terdiri dari 2 jenis, yaitu:
· Buih padat (gas-padat)
adalah koloid dengan fase gas yang terdispersi dalam zat fase padat. Contoh
koloid buih padat: Busa jok, batu apung, lava, dll.
· Buih cair (gas-cair)
adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair. Contoh
koloid buih cair : krim kocok (whipped cream), busa sabun. Contoh
buih padat : lava, biskuit.
Buih dapat dibuat dengan
mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang mengandung pembuih dan distabilkan oleh
pembuih seperti sabun dan protein. Ketika buih tidak dikehendaki, maka buih
dapat dipecah oleh zat-zat seperti eter, isoamil dan alkohol.
2.4 Cara Pembuatan Koloid
Jika kita atau sebuah industri
akan memproduksi suatu produk berbentuk koloid, bahan bakunya adalah larutan
(partikel berukuran kecil) atau suspensi (partikel berukuran besar). Didasarkan
pada bahan bakunya, pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
sebagai berikut.
1. Kondensasi
Kondensasi adalah cara pembuatan
koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi partikel koloid. Proses kondensasi
ini didasarkan atas reaksi kimia; yaitu melalui reaksi redoks, reaksi
hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian pelarut.
a. Reaksi Redoks
Contoh:
1) Pembuatan sol belerang dari
reaksi redoks antara gas H 2S dengan larutan SO2-
Persamaan reaksinya: 2 H 2 S (g) + SO 2 (aq)
→2 H 2 O (l) + 3 S (s)
2) Pembuatan sol emas dari larutan
AuCl 3 dengan larutan encer formalin (HCHO).
Persamaan reaksinya:
2 AuCl 3(aq) + 3 HCHO
(aq) + 3H 2 O (l) → 2 Au (s) + 6HCl (aq) + 3
HCOOH (aq)
b. Reaksi Hidrolisis
Contoh, pembuatan sol Fe(OH) 3 dengan penguraian garam FeCl
3 Persamaan reaksinya adalah: mengunakan air mendidih.
FeCl 3 (aq) + 3 H 2 O (l) → Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq)
c. Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contoh:
1) Pembuatan sol As 2 S
3, dibuat dengan mengalirkan gas H 2 S dan asam arsenit (H
3 AsO 3 ) yang encer.
Persamaan reaksinya: 2 H 3
AsO 3 (aq) + 3 H 2 S (g) → As 2 S 3 (s) + 6H 2
O (l)
2) Pembuatan sol AgCl dari larutan
AgNO 3 dengan larutan NaCl encer.
Persamaan reaksinya: AgNO 3
(aq) + NaCl (aq) → AgCl (s) + NaNO 3 (aq)
Sol AgCl juga dapat dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3
encer dan larutan HCl encer.
AgNO3(aq) + HCl(aq)
→ AgCl(koloid) + HNI3(aq)
d. Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh, pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam alkohol ditambah
dengan air. Persamaan reaksinya:
S (aq) + alkohol + air → S (s) Larutan S
2. Dispersi
Dispersi adalah pembuatan
partikel koloid dari partikel kasar (suspensi). Pembuatan koloid dengan
dispersi meliputi: cara mekanik, peptisasi, busur Bredig, dan ultrasonik.
a. Proses Mekanik
Proses mekanik adalah proses
pembuatan koloid melalui penggerusan atau penggilingan (untuk zat padat) serta
dengan pengadukan atau pengocokan (untuk zat cair). Setelah diperoleh partikel
yang ukurannya sesuai dengan ukuran koloid, kemudian didispersikan ke dalam
medium (pendispersinya). Contoh, pembuatan sol belerang.
b. Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan
koloid dengan menggunakan zat kimia (zat elektrolit) untuk memecah partikel
besar (kasar) menjadi partikel koloid. Contoh, proses pencernaan makanan dengan
enzim dan pembuatan sol belerang dari endapan nikel sulfida, dengan mengalirkan
gas asam sulfida.
1) Busur Bredig
Busur Bredig ialah alat pemecah
zat padatan (logam) menjadi partikel koloid dengan menggunakan arus listrik
tegangan tinggi. Caranya adalah dengan membuat logam, yang hendak dibuat solnya,
menjadi dua kawat yang berfungsi sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam
air; kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujung kawat. Logam
sebagian akan meluruh ke dalam air sehingga terbentuk sol logam. Contoh,
pembuatan sol logam.
2) Suara Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara
busur Bredig, yaitu sama-sama untuk pembuatan sol logam. Ka1au busur Bredig
menggunakan arus listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan
energi bunyi dengan frekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz
2.5 Penggunaan Koloid Dalam
Kehidupan Sehari-hari
Sistem koloid banyak digunakan
pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk
mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan
bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Ada banyak penggunaan sistem koloid baik di dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam berbagai industri seperti industri kosmetik, makanan, farmasi dan
sebagainya. Beberapa macam koloid tersebut antara lain;
1. Aerosol
1. Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi
dalam gas. Aerosol yang dapat kita saksikan di alam adalah kabut, awan, dan
debu di udara. Dalam industri modern, banyak sediaan insektisida dan kosmetika
yang diproduksi dalam bentuk aerosol, dan sering kita sebut sebagai obat
semprot, Contohnya antara lain adalah hair spray, deodorant dan obat nyamuk.
2. Sol
Sol adalah sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam cairan.
Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel padat terhadap cairan pendispersi,
kita mengenal dua macam sol;
a. Sol liofil, dimana partikel-partikel padat akan mengadsorpsi
molekul cairan, sehingga terbentuk suatu selubung di sekeliling partikel padat
itu. Liofil artinya “cinta cairan” (Bahasa Yunani; lio=cairan; philia=cinta).
Sol liofil yang setengah padat disebut gel. Contoh gel antara lain selai dan
gelatin.
b. Sol liofob, dimana partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul
cairan. Liofib artinya “takut cairan” (phobia=takut).
Jika medium pendispersinya berupa air, kedua macam koloid di atas
masing-masing disebut koloid hidrofil (cinta air) dan koloid liofob (takut
air). Contoh koloid hidrofil adalah kanji, protein, lem, sabun, dan gelatin.
Adapun contoh koloid hidrofob adalah sol-sol sulfide dan sol-sol logam.
3. Emulsi
Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium
pendispersi sama-sama merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid,
harus ditambahkan zat pengemulsi (emulgator). Susu merupakan emulsi lemak dalam
air, dengan kasein sebagai emulgatornya. Obat-obatan yang tidak larut dalam air
banyak yang dibuat dan dipanaskan dalam bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak
ikan. Emulsi yang dalam bentuk semipadat disebut krim.
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
Jenis
industri
|
Contoh
aplikasi
|
Industri
makanan
|
Keju, mentega, susu, saus salad
|
Industri kosmetika dan perawatan tubuh
|
Krim,
pasta gigi, sabun
|
Industri
cat
|
Cat
|
Industri kebutuhan rumah tangga
|
Sabun,
deterjen
|
Industri
pertanian
|
Peptisida
dan insektisida
|
Industri
farmasi
|
Minyak ikan,
pensilin untuk suntikan
|
Selain di atas, berikut ini juga penggunaan koloid dalam kehidupan
sehari-hari:
1. Mengurangi polusi udara
1. Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang
mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan menggunakan alat
yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini memanfaatkan sifat
muatan dan penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas
dari asap dan partikel berbahaya.
Asap dari pabrik
sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang
tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan
molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel
asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada
elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri
untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan
memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).
2.
Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan
dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu dispersi koloid
fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat
besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam
sol getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan
agar karet menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk
mengkoagulasikan getah karet, biasanya
digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan
asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet.
Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet
sehingga karet akan menggumpal.
Selanjutnya, gumpalan
karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai lembaran yang
disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber). Untuk keperluan
lain, misalnya pembuatan balon dan karet
busa, getah karet tidak digumpalkan melainkan dibiarkan dalam wujud cair yang
disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur
dengan larutan amonia; NH3. Larutan amonia yang bersifat basa
melindungi partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat asam
sehingga sol tidak menggumpal.
3.
Membantu pasien gagal ginjal
Proses dialisis untuk
memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar bagi
pengembangan dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci
darah untuk penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati
selaput semipermiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya
tersisa koloid saja. Dengan melakukan
cuci darah yang memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti
urea dan keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah
yang telah bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien.
4.
Penjernihan air
Untuk memperoleh air
bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air. Kadang-kadang air dari mata air seperti sumur gali dan sumur
bor tidak dapat dipakai sebagai air bersih jika tercemari. Air permukaan perlu
dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat dilakukan baik skala
kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM). Pada dasarnya penjernihan air itu dilakukan secara bertahap. Mula-mula mengendapkan atau
menyaring bahan-bahan yang tidak larut dengan saringan pasir. Kemudian air yang
telah disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan
kapur agar kotoran menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur
klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan
dipakai sebagai air minum, harus dimasak
terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya. Untuk memperjelas
tentang penjernihan air perhatikan gambar 9.13 berikut!
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ø Koloid adalah suatu bentuk
campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi. Larutan memiliki sifat
homogen dan stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen dan labil. Sedangkan
koloid memiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid merupakan sistem heterogen,
dimana suatu zat "didispersikan" ke dalam suatu media yang homogen.
Ø Efek
Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa di mana
jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat
menghamburkan sinar ke segala jurusan.
Ø Gerak
Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus
menerus, karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat
pendispersi.
Ø Koagulasi
koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya berlawanan.
Ø Jenis-jenis koloid antara lain :
·
Aerosol
adalah sistem koloid di mana
partikel padat atau cair terdispersi dalam gas.
·
Sol
adalah koloid di mana partikel padat terdispersi dalam cairan
·
Emulsi
adalah suatu system koloid di
mana zat terdispersi dan medium pendispersi sama-sama merupakan cairan.
·
Buih
adalah sistem koloid dari gas
yang terdispersi dalam zat cair.
Ø Kondensasi adalah cara pembuatan
koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi partikel koloid.
Ø Dispersi adalah pembuatan
partikel koloid dari partikel kasar (suspensi).
Ø Kegunaan koloid dalam kehidupan
sehari-hari adalah sebagai berikut :
·
Mengurangi
polusi udara
·
Penjernihan
air
·
Membantu
pasen gagal ginjal
·
Penggumpalan
lateks
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang berjudul “Sistem
Koloid” ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Inti yang di
berikan dosen kami. Kami juga menyadari, masih ada banyak
kekurangan di dalam penulisan makalah ini. Sehingga perlulah bagi kami, dari
para pembaca untuk memberikan saran yang membangun supaya makalah ini mendekati lebih
baik. Atas perhatian Anda semuanya, kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://kimiadahsyat.blogspot.com/2009/06/kegunaan-koloid-dalam-kehidupan-manusia.html,
diakses pada 12 Desember
2012
·
file:///D:/makalah%20koloid%20sol%20agcl/SISTEM%20KOLOID%20%C2%AB%20chemistry%20for%20peace%20not%20for%20war.htm,
diakses pada tanggal 12 Desember 2012